Berbagai macam penyakit tropis, seperti malaria, demam berdarah, serta TBC masih menjadi masalah kesehatan nasional di Indonesia. Meski penyakit-penyakit ini memang lazim terjadi di daerah tropis dan subtropis, namun prevalensi penyakit ini di Indonesia semakin meningkat. Kondisi ini menuntut upaya penanganan cepat dari berbagai kalangan, baik praktisi kesehatan, kalangan akademisi, pihak swasta, maupun masyarakat.
“Bangsa kita ini bangsa pejuang yang bisa melawan penjajah, tetapi kenapa melawan penyakit saja tidak bisa. Ini salah satunya karena masih ada egosentris sektoral dari tiap bidang yang ada,” ujar Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan RI, dr. Mohamad Subuh, MPPM, Rabu (10/5) di University Club UGM.
Hal ini ia sampaikan saat memberikan paparan dalam Seminar Nasional bertajuk “Perkembangan Terkini Tropical Medicine: Aspek Sains, Klinis, dan Manajemen” yang diselenggarakan oleh Program Pascasarjana Fakultas Farmasi UGM. Dalam kesempatan ini, ia memaparkan situasi perkembangan penyakit tropis di Indonesia sepanjang tahun 2016 yang masih ditandai dengan jumlah kasus dan penderita yang tinggi, di antaranya penyakit malaria yang menjadi endemik di 52% kabupaten/kota di Indonesia, serta DBD yang memiliki jumlah penderita sebanyak 202.314 orang. Ia juga menyebutkan masih tingginya prevalensi penyakit tropis yang masih tergolong sebagai penyakit terabaikan, seperti filariasis, schistosomiasi, serta kusta.
Untuk mengatasi masalah ini, Kementerian Kesehatan telah menjalankan berbagai inovasi dalam upaya pencegahan dan pengendalian penyakit. Meski demikian, upaya pengendalian penyakit masih menghadapi berbagai tantangan.
“Tantangan utama dalam pengendalian penyakit tropis antara lain penggerakan, pelaksanaan, cakupan pelayanan, kualitas pelayanan, akses masyarakat pada pelayanan, sumber daya, sarana, prasarana, dukungan swasta, dan lembaga masyarakat,” paparnya.
Karena itu, ia pun berharap agar seminar ini dapat meningkatkan pemahaman serta komitmen dari berbagai pihak dalam mendukung upaya pemerintah untuk mengendalikan penyakit tropis di Indonesia. Secara khusus ia juga mendorong para akademisi di perguruan tinggi, termasuk para peneliti dari bidang kefarmasian, untuk lebih menunjukkan kontribusi dalam mengendalikan penyakit tropis di Indonesia.
“Kementerian Kesehatan telah menetapkan beberapa kebijakan, upaya dan strategi dalam pencegahan dan pengendalian penyakt tropis. Diharapkan akademisi dapat menemukan cara dan teknologi baru dalam pencegahan dan pengendalian penyakit tropis,” kata Subuh.
Seminar nasional ini merupakan kegiatan rutin yang dilakukan oleh Fakultas Farmasi UGM setiap tahunnya. Kali ini, tema kedokteran tropis diangkat sebagai upaya untuk mengembangkan kajian mengenai isu tersebut dengan melibatkan pendekatan khas kefarmasian.
“Melalui seminar ini kami ingin melakukan diseminasi dan sosialisasi perkembangan ilmu pengetahuan di bidang kefarmasian, termasuk terkait penyakit-penyakit tropis ini. Harapannya ke depan dapat semakin banyak riset serta obat yang bisa digunakan sebagai salah satu cara mengatasi permasalahan saat ini,” ujar Dekan Fakultas Farmasi UGM, Prof. Dr. Agung Endro Nugroho, M.Si., Apt.
Selain sesi penyampaian materi oleh beberapa pakar di bidang kefarmasian dan kesehatan tropis, seminar nasional ini juga diisi dengan presentasi ilmiah oleh mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi di Indonesia. Secara keseluruhan, terdapat 60 mahasiswa yang akan mempresentasikan penelitian mereka mengenai topik-topik terkait.
“Presentasi ini menjadi salah satu cara untuk publikasi selain dengan membuat jurnal ilmiah. Melalui hal ini kami ingin mendorong mahasiswa agar berani memublikasikan penelitiannya serta untuk berbicara di dalam forum ilmiah,” jelas Kepala Prodi Pascasarjana S2 Ilmu Farmasi, Dr. Erna Prawita Setyowati, M.Si, Apt.